Dari Sejarah Kita Menimba Nilai-Nilai Kejuangan
Pada zaman globalisasi sekarang ini,
kemampuan, kemauan, serta kesadaran akan sejarah sangat rendah sekali. Padahal
bangsa Indonesia memiliki banyak sekali sejarah-sejarah yang harus digali lagi
demi mewujudkan karakter bangsa di kalangan generasi muda dan kepada rakyat
indonesia pada umunya. Dengan mempelajari dan mengkaji sejarah, kita memperoleh
manfaat pendidikan, membangkitkan rasa nasionalisme dan cinta akan budaya
negeri sendiri dan dapat mewariskan kebudayaan.
Menurut Sartono Kartodidjo tahun 1922 “
bahwa sejarah mempunyai kegunaan genetis dan didaktis, dengan pengetahuan
sejarah dimaksudkan agar generasi berikut dapat
mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman nenek moyang. Disamping
itu suri tauladan dapat menjadi model bagi keturunannya.” Provinsi Jambi
sebagai salah satunya yang memiliki banyak
peristiwa yang mengandung nilai-nilai kejuangan.
Pada tahun 10.000 hingga 5.000 SM, dataran Jambi
telah dihuni oleh Yunan pedalaman, Tiongkok Selatan, India, Laos, Kamboja, dan Vietnam.
Keturunan yang Kemudian melahirkan ras
Protomaries (melayu tua) dan ras Protomaines (melayu muda). Bukti peninggalan
pada masa itu berupa batu Sirentrik, dan menhir yang ditemukan di daerah
Kerinci, Merangin, Sarolangun, sampai kekawasan Bukit Barisan.
Sekitar
1406 M salah seorang keturunan Aditia Warman dari Pagaruyung yaitu Putri Salaro
Pinang Masak menerima pengalihan pimpinan kerajaan Jambi. Setelah Tuan Talanai
wafat, janazahnya dimakamkan di negeri Sipin. Putri Salaro Pinang Masak
memimpin kerajaan Jambi sekitar Air Hitam Laut atau daerah pantai Cemara. Putri
Salaro Pinang Masak menikah dengan Ahmad Barus II atau Ahmad Salim bergelar
Datuk Panduko Berhalo. Dalam masa kepemimpinanya tahun 1460-1480 M melahirkan 4 (empat)
keturunan, yaitu Orang Kayo Pingai, Orang Kayo Padataran, Orang Kayo Hitam, dan Orang Kayo Gemuk (wanita).
Gelar
Penambahan secara turun-temurun digunakan sebagai pemimpin seperti Penembahan
Rengas Pendek tahun 1540-1565 M, Penembahan Bawah Sawo 1565-1590 M dan Penambahan
Kota Baru 1590-1615 M. Akan tetapi terdapat pada masa berikutnya sekitar 1615,
penggunaan gelar penembahan berubah menjadi Sultan. Pangeran Kadah diangkat
menjadi Sultan Abdul Kahar. Pada masa itu,
kapal Belanda yang bernama Afenvan Straick datang ke Jambi sekitar 1616
M. Perjanjian VOC kompeni terus dilakukan oleh Belanda kepada para sultan-sultan
yang direstui dan diangkat oleh Belanda. Akan tetapi, perlawanan terhadap
intrik-intrik tersebut dilakukan oleh Sultan Ahmad Baharudin hingga wafat tahun
1841 M. Pangeran Tahasai Pudin dinobatkan sebagai Sultan melalui kekuasaannya. Sultan
Taha Saripudin bertekat mengembalikan hak-hak rakyat dengan suatu dektrik
pemanjangan kedaulatan Jambi melepaskan diri dari pihak VOC. Sultan Taha
Saripudin pada tahun 1855 menunjukkan perlawanan terhadap Belanda dengan
membatalkan seluruh perjanjian-perjanjian yang telah dibuat oleh sultan-sultan
terdahulu.
Sultan
Taha Saripudin beserta panglimanya, yaitu Raden Mataher, Raden Tamung, Laskar
Kumpeh, serta Sungai Terang menyerbu Belanda dan bertempur selama dua hari dua malam sehingga kapal
perang Belanda Hotman berhasil ditenggelamkam. Pada tahun 1858 Sultan Taha
memerintahkan pasukan pertahanan Istana Tanah Tinggi bergegas ke Muaro Tembesi.
Istana Tanah Tinggi dipilih karena
dikuasai Belanda dan kondisinya dalam keadaan porak poranda akibat
dibumi hanguskan sementara. Sulatn Taha bersama para pasukannya sudah berhimpun
di Muaro Tembesi. Pada saat Sultan Taha di pedalaman Muaro Tembesi, Belanda
berkali-kali mengangkat para kerabat dan bangsawan kerajaan menjadi Sultan Bayang
yang juga dikenal sebagai Sultan Bari. Akan tetapi, kesultanan dalam kondisi apatis
selaku pemerintahan bayang maupun masyarakat tetap mengakui Sultan Taha sebagai
sultan Jambi.
Selama
46 tahun perjuangan Sultan Taha berlangsung dengan dukungan rakyat Jambi hingga
27 april 1904, Sultan Taha gugur dalam serangan Belanda di Gedung Berdarah. Ia gugur
sebagai bunga bangsa. Jasadnya disemayamkan abadi di Muaro Tebo. Keputusan
Presiden Republik Indonesia No. 079/TK/1977 tanggal 19 Oktober 1977, Sultan
Taha diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Perlawanan demi perlawanan terhadap Belanda
berlangsung di bawah pimpinan Raden Mataher dan panglima-panglima lainnya di wilayah
hulu Jambi.
Jatuhnya
bom atom di Hirosima dan Nagasaki 14 Agustus 1945 menyebabkan Jepang menyerah
kepada Sekutu. Tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan
bangsa Indonesia. Berkumandanglah di seluruh
tanah air, berkembannya kekuatan-kekuatan rakyat untuk mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Tanggal 21 Juli
1947 Belanda melakukan Agresi Militer I. Pihak Belanda melakukan penembakan dan
penyerbuan ke lapangan Paal Merah.
Lapangan
Terbang Paal Merah dipertahankan oleh pasukan AURI dengan Komandan Kapten
Soeryono dan wakil Komandan Letnan Makky Perdana Kusuma dengan jumlah
anggotanya 20 orang. Untuk mempertahankan lapangan terbang Paal Merah, selain
pasukan AURI, STD juga menempatkan satu kompi pasukan, TNI dengan Komando
Kapten Buyung Malik, Komando Seksi I Letnan M. Tahir, Komando Seksi II Letnan
Said Abdullah dan Komando Seksi III Letnan Mauti.
Pada
tanggal 28 Desember 1948, pesawat pemburu Belanda melakukan penenbakan dan
penyerbuat di lapangan Pall Merah. Yang dilanjutkan kembali pada tanggal 29
Desember 1948. Insiden tembak menembak antara pasaukan AURI dan pasukan TNI STD
terjadi melawan pasukan Belanda. Akhirnya lapangan Pall Merah dapat dikuasai
dan diduduki sepenuhnya oleh Belanda.
Namun
perlawanan demi perlawanan kekuatan rakyat Jambi terus bergerak. Seperti yang
dikenal sebagai perang Simpang Tiga Sipin. Pada tanggal 29 Desember 1949 pukul
16.00 WIB, Simpang Tiga Sipin diserang oleh pasukan Belanda dari dua jurusan
yaitu Simpang Kawah dan Payo Sigudang. Pasukan TNI di Simpang Tiga Sipin (Tugu
Juang Rakyat Jambi) dengan komando dan sersan Abubakar dan Lasykar Napido
dengan dipimpin oleh Sastro Suwandi mengadakan perlawanan terhadap serangan Belanda.
Pasukan Keur Corps STD dengan komando Kapten A. Bakar Rudin sudah berada di bekas
pabrik Rubber Uni dan siap untuk berangkat menembus pertahanan Belanda di
SimpangTiga Sipin. Perlawanan lainnya terjadi sporadis pada beberapa front seperti
di Bangko, Sarolangun dan Kerinci.
Pada
tanggal 3 Februari 1949, tiba-tiba sebuah pesawat udara Belanda menyerang kota
Bangko dan menembak apa saja, baik rakyat, pasar, rumah sakit dan sekolah. Pasukan
TNI membalas serangan Belanda. Pertempuran Berjalan selama lebih kurang satu
jam.
Belanda
menyerang pos-pos pertahanan TNI yang berada di Dusun Batu Ampar, Lindung dan
Ladang Panjang dengan mendapat perlawanan sengit dari TNI. Pada waktu Sarolangun
hanya dipertahankan oleh satu Kompi dari Batalyon Gajah Mada yang dipimpin oleh
R.A Rachman Kadipa,. maka semua bangunan seperti asrama TNI, Kantor Pemerintahn
dan gedung dibumihanguskan oleh TNI dan dibantu para pejuang lainnya. Akhirya
pada tanggal 18 April 1949 Belanda berhasil menduduki Sarolangun.
Pada
tanggal 25 April 1949, tentara Belanda sampai ke pinggir Kota Sungai Penuh.
Pertempuran terjadi sangat hebat untuk mempertahankan Sungai Kota Penuh, pada
malam harinya, kota Sunga Penuh digempur oleh pasukan TNI dari beberapa
jurusan. Dari jurusan arah Tenggara yang dipimpin oleh Letnan Muradi, dan dari
jurusan Koto Lolo dipimpin oleh Letnan Alamsyah. Semua pasukan TNI memasuki
kota Sungai Penuh pada malam hari untuk mecari pasukan Belanda, tetapi pasukan
Belanda bertahan dipinggi Barat kota di bukit Sentiong.
Selain
itu di Kerinci, Belanda juga mengepung desa Semerap sehingga Desa dapat
diduduki oleh Belanda. Pada tanggal 29 mei 1949 terjadi pertempuran antara
Belanda dan pasukan gerilya di desa tersebut yang dipimpin oleh Letnan Mansyur
Gazali. Setelah kembali akhirnya desa tersebut, dibakar oleh Belanda dan hampir
separuh dari desa menjadi abu. Pertempuran di kerinci juga terjadi di daerah Pulau
Tengah, Keluru, Lempur, Sanggarang Agung,Koto Payang, Koto Majidin dan Siulak
Gedang. Pertempuran tersebut terjadi semata-mata untuk mempertahankan Kerinci.pada tahun 1957 lahir
yang namanya Provinsi Jambi.
Nilai
kesatuan sangat ditekankan oleh para pejuang sebab untuk merebut kemerdekaan
haruslah dengan persatuan dari seluruh rakyat dan pemerintah. Sebab kesatuan
itu adalah kunci utuk menggapai suatu tujuan bersama. Bersatu kita teguh
bercerai kita runtuh. Artinya, walau dalam kondisi apapun kita harus tetap
bersatu untuk memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia. Apabila
sewaktu-waktu kita tidak berada dalam
persatuan, maka dengan mudahnya bangsa kita akan diganggu oleh negara lain dan
menimbulkan perpecahan dari berbagai kalangan rakyat.
Kegigihan
para pejuang bangsa patut untuk kita teladani karena dengan kegigihan mereka
melakukan berbagai macam cara untuk merebut kemerdekaan. Ketika cara perundingan,
Belanda selalu tetap melanggar perjanjian yang telah disepakati bersama, maka
dengan cara memegang senjatalah pejuang kita dapat mengusir penjajah dari bangsa
Indonesia. Mereka tidak pernah mengeluh untuk Negara meskipun mereka tidur
beratapakan langit, berselimukan darah, dan berbantalkan peluru.
Perjungan
yang ditempuh bukanlah hanya sebantar, bahkan dalam waktu bertahun-tahun untuk
dapat merebutkan kata “ MERDEKA”. Untuk itu, kita para generasi muda harapan
negara, harus mengisi kemerdekaan dengan baik sehingga pengorbanan dan jasa
para pahlawan tidak sia-sia. Setidaknya kita dapat menggali lebih dalam lagi
tentang sejarah bagaimana negara Indonesia bisa merdeka. Apa sebab ? Tidak lain
hanyalah dengan mempelajari sejarah, maka akan menambah kemauan diri kita
sebagai generasi muda untuk lebih menghargai perjuangan dan jasa para pahlawan.
Selain itu, tugas kita sebagai generasi penerus bangsa adalah mengisi kemerdekaan
ini.
Adapun
cara mengisi kemerdekaan ini bukan lagi perjuangan senjata dan darah lagi. Akan
tetapi tugas kita adalah dengan memajukan bangsa dengan belajar secara giat
menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi setingi-tinginya.
Mengisi
kemerdekaan adalah kewajiban kita sesuai dengan pekerjaan, profesi, dan jabatan
kita selaku rakyat Indonesia dengan menjalankan tugas dan pekerjaan dengan baik
semoga arwah para pahlawan tidak mati dalam keadaan yang sia-sia.
Komentar
Posting Komentar