Peran
Pendidikan Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015
Dovel Pirmanto
Di
zaman sekarang ini tidak asing lagi terdengar di telinga kita tentang MEA 2015,
apakah kita mengetahui seutuhnya Masyarakat Ekonomi Asean itu sendiri ? disini
penulis mencoba untuk memaparkan sedikit tentang hal tersebut. ASEAN Community
2015 adalah suatu wadah bagi sepuluh negara di kawasan Asia Tenggara untuk
bersama membangun kehidupan yanag lebih baik bagi semua orang. Indonesia
menganut sistem liberalisasi perdagangan luar negeri telah dimulai sejak tahun
1986 dan sejak tahun 1994 Indonesia sudah mengurangi secara signifikan
tarif-tarif impornya dari rata-rata tidak tertimbang sekitar 20 persen pada
tahun 1994 ke 9,5 persen pada tahun 1998. Ada beberapa hal yang membuat
Indonesia susuah untuk bisa bersaing dengan produk–produk di luar negeri
terutama di kawasan Asia Tenggara, mengapa demikian? Karena adanya faktor–faktor
yang endogen bagi Indonesia adalah dari sisi penawaran yang meliputi SDM, ketersediaan
pengusaha dan teknologi serta kemampuan untuk melaukan inovasi.
Di
Indonesia, sejak awal periode Orde Baru (1966-1998) hingga sekarang ini sudah
banyak upaya yang dilakuakan pemerintah untuk mendukung perkembangan dan
pertumbuhan dunia pendidikan di dalam negeri dalam berbagai macam program dan
kebijanakan/peraturan. Dari persfektif dunia, diakui bahwa usaha menciptakan
pendidikan yang berkualitas memainkan suatu peran vital di dalam pembangunan
dan pertumbuhan pendidikan, tidak hanya di negara yang sedang berkembang tetapi
juga di negara maju. Kebijakan dari Kementerian Pendidikan turut serta
mempengaruhi ketersediaan pekerja-pekerja terampil siap pakai bagi
perusahaan-perusahaan eksportir.
Indonesia
harus bergegas mempersiapkan diri dalam memhadapi Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) 2015 mendatang. Menurut sumbernya, tingkat daya saing sebuah perusahaan
sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal seperti ciri-ciri
pengusaha (sifat, sikap, kecekatan, pendidikan, dll).sementara faktor eksternal
seperti infrasturuktur, dan lainnya.
Kita dapat menilai sendiri seberapa
besar kesiapan Indonesia dalam mengahadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Namun
banyak peluang dapat kita lihat dari sektor sumber daya alam yang berlimpah
yang bisa dikelola dengan tenaga-tenaga ahli yang harus kita pupuk sejak dini
supaya nanti menjadi kadernisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Tidak heran bahwa menciptakan Sumber Daya Manusia yang unggul tidak semudah
membalikkan telapak tangan, karena membutuhkan proses yang berkelanjutan
artinya apa, hasilnya akan kita rasakan 5-10 tahun yang akan datang.
Dalam buku “ small is beatiful ”, Schumacher menjelaskan panjang lebar bahwa
sumber daya terpenting dalam peri kehidupan manusia adalah pendidikan. Tugas
utama pendidikan adalah menyebarkan idea mengenai tata nilai, yang mengajak
setiap orang untuk merefleksikan dirinya, mau apa dan kemanakah arah hidup
kita. Kita semua tahu bahwasanya tujuan pendidikan itu sekurang-kurangnya ada
dua paham. Pertama, pendidikan bertujuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tujuan pendidikan ini menekankan wawasan, pemahaman, dan seterusnya.
Kedua, pendidikan bertujuan untuk membentuk character
building.
Lemahnya daya saing sumber daya
manusia bangsa memang sudah menjadi
ancaman tersendiri bagi bangsa Indonesia, hal ini tercermin dalam rendahnya
kualitas SDM di Indonesia. Berdasarkan fakta yang dirilis Human Development Index Indonesia masih berada pada posisi 121 dari
185 negara, itu artinya masih sangat perlu pembenahan dalam memaksimalkan daya
saing SDM di Indonesia melalui kesempatan pendidikan dan kesehatan. Masalah
yang terlihat di sekeliling kita menyangkut kualitas SDM yang sebenarnya
hanyalah satu di antara beberapa masalah mendasar yang dialami Indonesia.
Tanpa SDM yang berkualitas rakyat
didaerah tidak mampu mengelola sumber daya alam yang berlimpah menjadi produk
yang bernilai ekspor tinggi. Indonesia memiliki pekerjaan rumah yang besar yang
tidak kunjung usai. Kesadaran akan SDM harus ada sejak sekarang . Sebab ketika
era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 datang, kita akan sadar bahwa penuntut kita
untuk meningkatkan kualitas SDM jika tidak jangan harap bahwa era Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015 menjadi peluang besar, bisa menimbulakn masalah yang sama
tetapi lebih besar.
SDM di Indonesia harus
melahirkan anak bangsa yang berintelektual tinggi, kematangan intelektual
menjadi sebuah persyaratan untuk menjadikan SDM tersebut menjadi lebih unggul
di bandingkan dengan negara lain. Kematangan intelektual bisa menjadi
prakondisi atau kondisi. Disebut prakondisi, diperlukan proses belajar yang
lama dan intensif bagu terwujudnya kematangan intelektual seseorang. Kita dapet
mengetahui sejauh mana kematangan intelektual seseorang yaitu, kemampuannya
mentoleransi ketidak pastian, menahan persetujuan, kemampuan untuk menghadapi
kontradiksi, serta mengakui manfaat atas konsep dan pendapat tang berlawanan
tanpa skeptisme dan rivalitas.
Kita dapat berpandangan kedepannya
apa saja hal yang akan terjadi di tahun 2015 dan bagaimana gambaran kehidupan
pada masa itu, salah satu contoh nanti ketika mamasuki era Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015 dimana semua tenagakerja dapat mencari pekerjaan dikawasan ASEAN
dengan beberapa profesi yang disepakati untuk bebas bekerja dikawasan
negara-negara ASEAN seperti tenaga medis, akuntan, tenaga pendidik, arsitek,
dan sebagainya. Banyak kemudahan yang kita peroleh tetapi masalah yang
dipastikan akan terjadi apabila SDM di Indonesia tidak mampu bersaing
mendapatkan sektor pekerjaan tersebut, kita dapat membayangkan besapakah
persentase pengganguran dengan sebagaian kecil orang yang mampu bersaing dengan
sembilan negara lainnya, sudah pasti tingkat pengganguran akan jauh lebih
besar. Memang sulit kita harus mencari 1 diantara 1000 orang, namun kita kan
lebih mudah mencari 1000 di antara 1000 orang. Artinya apa, semua orang di
indonesia mampu bersaing dengan negara yang lainnya.
Dalam waktu sesingkat ini sebelum
memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, sebaiknya kita sebaiknya berbenah
diri untuk memperbaiki kualitas Sumber Daya Manusia melalui mutu pendidikan
yang merata tanpa kesenjangan sehingga kita akan percaya diri untuk bersaing.
Semua dengan diterapkannya Kurikulum 2013 mampu meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia.
Hal lain yang menjadi kebutuhan yang
harus diselesaikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah adalah:
1. Pembanguna
infrastruktur baik fisik ( seperti jalan raya, listrik, dan fasilitas
komunikasi, dan pelabuhan ) maupun non-fisik (seperti bank/lembaga pendanaan,
pusat informasi, lembaga pendidikan/pelatihan, penelitian dan
pengembangan/laboratorium), mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten hingga ke
tingkat provinsi.
2. Pemberdayaan
kembali semua UMKM yang sempat dikembangkan dengan dukungan pemerintah.
3. Walaupun
bantuan pendanaan penting, namun sudah saatnya penekanan dari kebijakan
pemerintah untuk membantu perkembangan UMKM.
4. Pemerintah
tahun ini membuat rencana pengembangan 6 koridor ekonomi.
Mengapa
infrastruktur menjadi salah satu upaya mempersiapkan Masyarakat ASEAN 2015.
Padahal apabila ada kejelasan regulasi akan investor yang menanamkan modalnya.
Kualitas dan kuantitas infrastruktur di indonesia sudah tidak mampu mendorong
percepat pembangunan ekonomi. Yang paling krusial adalah membenahi
infrastruktur serta biaya logistik, saat ini Indonesia biyayanya mencapai 16%
dari total biaya produksi padahal normalnya hanya sekira 9-10%.
Tidak bisa kita
pungkiri bahwa minimnya sosialisasi juga menajadi kendala masyarakat dalam mempersiapakn
diri meraka menghadai Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 mendatang.
Jika tidak
menanyakan kepada pelaku ekonomi di daerah mengenai wacana MAE ASEAN 2015 kita
dapat bertanya kembali apakah mereka mengetahui atau bisa jadi mendengar kata
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 pun tidak pernah. Sampai saat sekarang ini
masalah SDM dan sebagainya belum menemukan titik terang terhadap solusi yaitu
masalah korupsi dan birokrasi yang tidak efisien.
Pelaksanaan
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2014 sudah di depan mata. Kita harus mulai
mempersiapkan diri sejar detik ini jika
tidak ingin menjadi sasaran masuknya
produk-produk negara ASEAN.
Daftar Pustaka
Anggarwal,
A(2001),”Liberalisation, multinational enterprises and export performance :
evidence from Indian manufacturing”, Working Paper No.69, Juni,New Delhi :
Indian Council for Research on International Economi Relations.
APEC
(2006), “A Research on the Innovation
Promoting Policy for SMEs in APEC” Survey and case Studies”, December, APEC SME
Innovation Center, Korea Technology and Information Promotion Agency for SMEs,
Seoul.
APEC
(2006), “ Economic impacts of Innovation SMEs and Effective Promotion
Strategies”, October, Seoul:APEC SME Innovation Center.
Berry,Albert
and Brian Levy (1994), “ Indonesia’s Small and Medium-Size Exporters and Their
Support Systems”, Policy Research Working Paper 1402, December, Policy Reseach
Department, Finance and Private Sector Development Division, World Bank,
Washington, D.C.
Bonaccosi,
A.(1992),” On the Relationship Between Firm Size and Export Intensity”, Journal of International Business Study,
23(4).
Tambunan,
Tulus T.H (2009a), SME in Asian
Developing Countries, London : Palgrave Macmillan Publisher.
Tambunan, Tulus
T.H (2013), Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Komentar
Posting Komentar